Tuesday, December 7, 2010

Aubade, 2

Di dalam hatimu, kau meminta
Puisi yang melengking seperti anjing.
Tak ada yang lain lagi, selain matahari
Yang terbenam selamanya.

Aku berikan puisi sebagai hutan bagi anjingmu,
Bagi sepetak rumah di hatimu.
Tak ada yang lain lagi, selain taman
Yang membentang selamanya

Di dalam hatimu, kau meminta
Puisi yang deras seperti hujan.
Tak ada yang lain lagi, selain awan
Yang gelap selamanya.

Aku berikan puisi sebagai sungai bagi hujanmu.
Bagi sumur dan kolam kecil, juga taman di hatimu.
Tak ada yang lain lagi, selain danau
Yang menggenang selamanya.

Aku kenang engkau sebagai anjing
Di taman itu. Dan kau mengenangku
Sebagai lengkingannya.

[Bode Riswandi]

Saturday, December 4, 2010

Like A Boy

Pull up your pants, just like him
Take out the trash, just like him
Getting your cash like him, fast like him
Girl you wanna act like he did

I'm talking 'bout, security codes on everything
On vibrate so your phone don't ever ring
A foreign account
And another one he don't know about

Wish we could switch up the roles and I could be that
Tell you 'I love you' but when you call I never get back
Would you ask them questions like me, like 'Where you be at ?'
'Cuz I'm out, four in the morning on the corner rolling doing my own thing

What if I had a thing on the side, made you cry
Would the rules change up or would they still apply
If I played you like a toy
Sometimes I wish I could act like a boy

Can't be getting mad, but you mad, can't handle that ?

Girl go ahead and be just like him
Go run the streets just like him
Go home missin' sleep like 'em, creep like 'em
Front wit' your friends, act hard when you with them like him

Keep a straight face when you tell a lie
Always keep an air tight alibi
Keep it hid in the dark
What he don't know won't break his heart

If I was always gone, hit the sun getting home
Told you I was with my crew when I knew it wasn't true
If I act like you, walked a mile off in your shoes
Messing with your head again, dose of your own medicine

Here's the clutch

If I paged you, would you like that ?
Had friends, would you like that ?
With a car, would you like that ?
Hell nah, you wouldn't like that, no

What if I made you cry, would they still apply
What if I, if I played you like a toy
Sometimes I wish I could act like a boy

Can't handle that ?

[CIARA]

Friday, December 3, 2010

Eyes On Fire

I'll seek you out
Flay you alive
One more word and you won't survive
And I'm not scared of your stolen power
I see right through you any hour

I won't soothe your pain
I won't ease your strain
You'll be waiting in vain
I got nothing for you to gain

Eyes on fire
Your spine is ablaze
Feeling any foe with my gaze

I'm taking it slow
Feeding my flame
Shuffling the cards of your game
And just in time
In the right place
Suddenly I will play my ace

And just in time
In the right place
Steadily emerging with grace

Feeling any foe with my gaze
Steadily emerging with grace

[Blue Foundation]

Sunday, October 10, 2010

Iri untuk Bangkit

Kabarku, masih terjerembab dalam kegalauan. Masih belajar meramu kata dengan menyelaminya. Kemajuanku, tak lebih dari se-inchi. Kosakata metafora bertambah tapi penulisan masih terlalu hambar. Fiuuhhh...

Sejujurnya, aku iri melihat mereka yang bisa memainkan kata dengan cantik dan mengalir. Aku iri dan takjub dengan mereka yang kaya akan metafora dan pandai merangkainya, dengan gaya khasnya masing-masing. Kapan ya aku bisa seperti mereka ? Semoga bisa secepatnya. Amiin. Hehee..

Teman-temanku pun juga semakin pandai, hanya saja mereka terlalu meniru gaya penyair favoritnya. Hasan Aspahani. Beliau juga favoritku dan aku sangaaatt terpesona dengan kemampuannya berpuisi. Apalagi, beliau penyair otodidak waawwawawaa itu yang membuatku semangat untuk jadi seperti beliau tapi tetap jadi diriku sendiri. Beliau inspiratif tapi bukan untuk dijiplak habis. Ini pula yang mendorongku untuk mengingatkan teman-teman lain agar mereka percaya diri dengan tampilan mereka sendiri. Mereka sudah punya modal bagus, mengapa tak berani keluar dari bayang-bayang orang lain ?

Aku, terlalu jauh rasanya meniru gaya Hasan Aspahani. Kurasa juga kurang cocok dengan karakterku, mungkin karena masih kelas amatir. Aku lebih menyukai Sihirhujan/Sumarno dan Eswlie. Mereka berdua mungkin tak seterkenal Hasan Aspahani tapi aku menyukai gaya puisi mereka. Ya, semua berawal dari Twitter. Perkembangan terbaru puisi pun aku ikuti di sini. Dan sekarang, aku sedang berencana mencoba haiku. Sepertinya, cocok dengan keinginan karakterku tapi.. Agaknya juga susah. Bila belum coba, mengapa harus putus asa dulu tho ? Jadi, yah mulai mengotak atik sajalah.
^_^

Saturday, September 25, 2010

Trauma Sang Mantan

Ku tenun muak dan lara membentuk permadani manis penuh misteri
Dibaliknya tersembunyi hati yg mencelos, terpuruk di palung benci
Diatasnya terbaring tulang janin cinta sang mantan
Mati diaborsi keraguan dan ketidakpastian

Mahkamah takdir menetapkan
Semua dikumpul menyatu terbungkus kafan kenangan
Terkubur bersama belang dusta dan duri rindu
Papan penopang batang ranting kasih sayang ikut dimusnahkan

Tiada simfoni sendu mengalun mengiringi
Tanpa nuansa kesedihan semua cepat berlalu
Nama dan nomor handphone terhapus
Terkunci dalam memori penafikkan dan keacuhan
Wangi gas dendam menyeruak menggantung di udara
Menutupi nostalgia, menghalangi iba

Sekian waktu terlewati, sabar ku telusuri lorong kesendirian
Cahaya cinta belum mampu lagi menembus sekam amarahku
Hanya secangkir susu coklat panas setia menemani sepi malam-malam insomnia
Dan gigitan nyamuk hutan jadi obat analgesi trauma hati

Silakan katakan egoku keras bagai batu karang
Tak kan ku dengar genta pernikahan membahana
Semua kertas undangan ku buang ke pojokan
Pesta hanyalah ajang pamer sepasang sandal murahan

Friday, September 24, 2010

Mandeg

Entah tak tahu atau tak mau tahu, kini benakku kaku dan hampa. Tak mampu mengolah kata, seolah tertahan di alam bawah sadar. Tapi batin terus merongrong dan memaksa mencipta karya. Padahal nurani tak tega menelurkan karya tak bermakna.

Hampaku bukan seutuh hampa udara. Disini hampa rasa tapi selaksa ilham betebaran di sudut imajinasi. Berkecamuk memenuhi batin. Ingin disusun namun tak sanggup memulai. Entahlah, tak ada gairah hilang pula semua semangat.

Dilema. Hanya itu satu-satunya penjelasan. Tak kurang dan tak bisa ditambahkan. Seolah semua hilang. Semoga bisa kembali seperti biasa.

Saturday, August 28, 2010

Untitled

Tumpah ruah buku cinta kita
Ditulis pena bertinta air mata
Tiada bahasa, tanpa kata
Hanya berisi nuansa rindu
Yang mulai memudar