Saturday, September 25, 2010

Trauma Sang Mantan

Ku tenun muak dan lara membentuk permadani manis penuh misteri
Dibaliknya tersembunyi hati yg mencelos, terpuruk di palung benci
Diatasnya terbaring tulang janin cinta sang mantan
Mati diaborsi keraguan dan ketidakpastian

Mahkamah takdir menetapkan
Semua dikumpul menyatu terbungkus kafan kenangan
Terkubur bersama belang dusta dan duri rindu
Papan penopang batang ranting kasih sayang ikut dimusnahkan

Tiada simfoni sendu mengalun mengiringi
Tanpa nuansa kesedihan semua cepat berlalu
Nama dan nomor handphone terhapus
Terkunci dalam memori penafikkan dan keacuhan
Wangi gas dendam menyeruak menggantung di udara
Menutupi nostalgia, menghalangi iba

Sekian waktu terlewati, sabar ku telusuri lorong kesendirian
Cahaya cinta belum mampu lagi menembus sekam amarahku
Hanya secangkir susu coklat panas setia menemani sepi malam-malam insomnia
Dan gigitan nyamuk hutan jadi obat analgesi trauma hati

Silakan katakan egoku keras bagai batu karang
Tak kan ku dengar genta pernikahan membahana
Semua kertas undangan ku buang ke pojokan
Pesta hanyalah ajang pamer sepasang sandal murahan

Friday, September 24, 2010

Mandeg

Entah tak tahu atau tak mau tahu, kini benakku kaku dan hampa. Tak mampu mengolah kata, seolah tertahan di alam bawah sadar. Tapi batin terus merongrong dan memaksa mencipta karya. Padahal nurani tak tega menelurkan karya tak bermakna.

Hampaku bukan seutuh hampa udara. Disini hampa rasa tapi selaksa ilham betebaran di sudut imajinasi. Berkecamuk memenuhi batin. Ingin disusun namun tak sanggup memulai. Entahlah, tak ada gairah hilang pula semua semangat.

Dilema. Hanya itu satu-satunya penjelasan. Tak kurang dan tak bisa ditambahkan. Seolah semua hilang. Semoga bisa kembali seperti biasa.